Jumat, 19 April 2019

Review dan Nonton Film 2019 : FRIEND ZONE (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : FRIEND ZONE (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : FRIEND ZONE (2019)


Friend Zona menceritakan mengenai hubungan persahabatan yang tersambung pada Gink (Pimchanok Luevisadpaibul) dan Palm (Naphat Siangsomboon). Palm sebenarnya telah menyimpan perasaan cinta pada sahabatnya itu semenjak di bangku kuliah. 

Tapi perasaan itu kenyataannya hanya bertepuk samping tangan karena Gink hanya tertarik untuk buat jadi Palm jadi teman dekat dimana ia dapat berkeluh kesah mengenai masalah hidup, termasuk masalah asmara yang masih ia jumpai waktu tengah merajut hubungan asmara dengan pria yang lain. 


Waktu hubungan asmara yang dijalin Gink dengan kekasih terakhirnya, Ted (Jason Young), juga terjerembab dalam persoalan serta usai, Palm mulai menjelaskan perasaannya yang sebetulnya pada Gink dan meminta gadis itu untuk memandangnya bukan hanya untuk seorang sahabat. Satu kemauan yang, apesnya, justru tidak di terima oleh Gink karena ia melihat hubungan asmara dirinya dengan Palm hanya akan menyebabkan rusaknya persahabatan erat yang telah tersambung pada keduanya sejauh ini. 

Mereka yang telah familiar dengan formula pengisahan yang seringkali dikasihkan oleh film-film yang diproduksi oleh GDH 559 seperti One Day (Banjong Pisanthanakun, 2016) atau Brother of the Year (Vithaya Thongyuyong, 2018) jelas dapat dengan mudah untuk memahami perjalanan narasi yang dikasihkan oleh Friend Zona. 


Naskah cerita film yang ditulis oleh sutradara film ini, Chayanop Boonprakob (SuckSeed, 2011), dengan Pattaranad Bhiboonsawade dan Thodsapon Thiptinnakorn (May Who?, 2015) memang menawarkan satu penambahan narasi dari premis yang termasuk juga demikian sederhana. 

Naik turunnya perjalanan hubungan pada beberapa ciri Palm dengan beberapa ciri Gink dalam usahanya untuk menyampaikan dan perlihatkan perasaan cintanya pada sahabatnya sendiri itu bahkan cenderung sering terasa repetitif waktu film ini terasa memaksakan diri untuk tampil bercerita sampai 118 menit. Tapi, tentu saja, juga seperti film-film buatan GDH 559 yang lainnya, Friend Zona menawarkan banyak daya tarik yang akan membuat masing-masing penontonnya jatuh hati dengan mudah. 

Jalinan narasi yang dibikin Boonprakob, Bhiboonsawade dan Thiptinnakorn menghadirkan observasi hubungan persahabatan dan asmara yang cukup hangat pada ke-2 ciri-khasnya. Ke-2 beberapa ciri dikasihkan ruang yang sama kuat untuk buat jadi mereka tampil jadi dua profil beberapa ciri yang mudah untuk disukai juga sekaligus dimengerti. 

Karakter-karakter partisipan yang tampil di linimasa pengisahan film juga sukses tingkatkan warna yang menarik – walaupun biasanya diantara beberapa ciri itu tidak mendapatkan sisi cerita yang baik. Elemen komedi yang tetap ada pada barisan dialog dan beberapa permusuhan juga bisa dikerjakan dengan mulus – fresh, menghibur, dan betul-betul tidak pernah terasa dipaksakan hadirnya. 


Pengarahan Boonprakob juga berjalan dengan baik. Walaupun ada dengan balutan permusuhan yang cenderung sederhana, Boonprakob bisa mengatur irama pengisahan film dengan nada yang teratur dengan bagus sampai jauh dari beberapa kesan datar dan membosankan.menjengkelkan. 

Friend Zona juga jelas tidak bisa mengalun dengan lancar tanpa kehadiran penampilan bagus dari ke-2 pemeran utamanya, Luevisadpaibul dan Siangsomboon. Jadi pasangan sahabat, keduanya sukses tunjukkan chemistry yang demikian memberi kepercayaan. 

Momen-momen terbaik dalam film ini ada waktu ke-2 beberapa ciri yang dimainkan Luevisadpaibul dan Siangsomboon saling bercengkrama kedua-duanya. Beberapa pengisi departemen akting yang lain juga tampil tidak memilukan dengan Nutthasit Kotimanuswanich, Sukhapat Lohwacharin, dan Benjamin Joseph Varney tampil ambil perhatian dengan momen-momen komikal mereka waktu melakukan tindakan jadi tiga orang pria yang bernasib sama dengan beberapa ciri Palm yang hanya dilihat seperti sahabat oleh profil yang sebenarnya mereka sukai. Satu presentasi komedi romansa yang cukup menyenangkan.