Jumat, 19 April 2019

Review dan Nonton Film 2019 : TRIPLE THREAT (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : TRIPLE THREAT (2019)


Triple Threat adalah film paling baru 2019 yang menceritakan penyatuan tiga jagoan bela diri Asia: Tony Jaa, Iko Uwais, dan Tiger Chen. Bahkan trailer-nya ditutup oleh money shot bagus di mana ketiganya berjalan bersama dibalut gerak lambat. 

Tapi bukan saja money shot itu urung diketahui di hasil akhir filmnya (hanya sekilas tampak sesudah ending), Triple Threat mengkhianati esensi film aksi ensemble dengan mengemas set pamungkasnya bak panggung solo. 

Salah satu ketetapan tidak terdaftar buat film semacam ini adalah membuat pirsawan bersorak waktu beberapa jagoan selanjutnya bersedia tidak hiraukan perbedaan untuk menyatu melawan musuh yang lebih kuat. 


Lihat saja baku hantam puncak miliki The Raid atau SPL II: A Time for Consuquences jadi contoh gampang. Tanpanya, walaupun didukung penampil papan atas, kesenangan lihat takkan sampai titik tertinggi. 

Berlangsungnya hal itu dalam Triple Threat begitu disayangkan, mengingat karya penyutradaraan Jesse V. Johnson (Green Street Hooligans 2, Accident Man) ini ialah salah satu suguhan aksi dengan jejeran ensemble cast begitu menarik sejak The Expendable. Di samping tiga aktor penting, turut ada Scott Adkins, Michael Jai White, Jeeja Yanin, dan Michael Bisping. Sama trio Iko-Tiger-Tony, mereka adalah bintang laga berkemampuan bela diri oke (Silahkan perlihatkan di Chocolate, Blood and Bone, Undisputed II: Last Man Standing, atau Ninja). 


Jalan dalam naskah buatan Joey O’Bryan (Motorway, Fulltime Killer), Fangjin Song, dan Paul Staheli (Pressure, Guardians of the Tomb) tidak cuma tipis, juga begitu bodoh, bahkan untuk ukuran film kelas b. 

Berlatar satu negara fiktif di Asia Tenggara, kisahnya dengan diawali mengenalkan Xian (Celina Jade), puteri konglomerat Cina yang menyisihkan hartanya untuk menumpas korupsi dan sindikat kriminal. 

Lantas kita dibawa berubah ke pedalaman rimba, lihat beberapa kumpulan pasukan bersenjata mendobrak satu kamp. Payu (Tony Jaa) dan Long Fei (Tiger Chen) bersedia ikut juga jadi penunjuk jalan karena menyangka tengah ikut juga satu misi kemanusiaan. Rupanya itu hanya kedok untuk membebaskan teroris beringas bernama Collins (Scott Adkins), supaya ia dapat membungkam Xian, yang keberadaannya meneror eksistensi sindikat. Mengapa ribet demikian jika anda adalah kriminal super kaya yang bisa ambil semua pembunuh nomor satu yang ada? 

Bila belum cukup absurd, tunggu sampai Jaka (Iko Uwais) tereret ke permusuhan. Jaka ialah salah satu penghuni kamp. Dia selamat dari serbuan, tapi malang, istrinya wafat tertembak. Jaka memulai perjalanan balas dendamnya dengan mencari Payu dan Long Fei, tapi justru pilih masuk setelah memahami jika keduanya hanya korban yang ingin menuntut balas. Contoh kisahnya benar-benar sederhana itu. 

Dibanding langsung membuat ketiganya berlaga dengan, trio penulisnya pilih membuat membuat Jaka satu ide sulit, yang hanya hanya berguna supaya filmnya bisa bergulir waktu 90 menit. 

Wajar jika anda kesulitan memahami arah ide Jaka, sebab bila menghabisi pembunuh sang istri ialah tujuannya, hal itu bisa ditangani tidak butuh melalui skema berbelit yang akan membuat beberapa penganut teori konspirasi begitu pusing. 


Tapi mari lupakan kebodohan jalannya. Saya lihat Triple Threat karena ingin lihat beberapa jagoan laga nomor satu masuk tunjukkan potensi berkelahi. Tiger dan Tony tunjukkan koreografi kelas wahid seperti biasa, walaupun porsinya begitu singkat dan sang sutradara belum pakar mengglorifikasi gerakan aktornya. 

Sekurang-kurangnya, gerak kamera Jonathan Hall (Zombeavers, Burying the Ex) bersedia mempelihatkan semua baku hantam tanpa perlu dibungkus penyuntingan frantic keunikan film aksi Hollywood paling akhir. Sayang, beradu jurusnya mesti sharing jatah dengan ledakan dan baku tembak medioker, yang di satu titik sempat salah mengimplementasikan efek suara senapan otomatis untuk pistol. 

Bila anda ada untuk Iko Uwais, bersiaplah susah. Tanpa mengkalkulasi Star Wars: The Force Awakens, Triple Threat adalah film yang begitu gagal mengenai gunakan gerak silat secepat kilat miliki sang bintang. Iko urung diberi kesempatan cemerlang, pun kemenangannya di beberapa pertarungan harus mengikutkan pertolongan senjata api atau kebetulan-kebetulan yang melapangkan jalannya. 

Di antara tiga tokoh penting, Jaka jadi cuma satu yang mengusung bukti personal, tapi lucunya, ia tidak berkesempatan membuat lancar serangan penutup. Jangankan itu, ia bahkan juga pun tidak dilibatkan di pertarungan final. 

Muay Thai miliki Tony Jaa dan roundhouse kick keunikan Soctt Adkins masih tetap menghibur mata, tapi kembali, olahan Jesse V. Johnson kurangi dampaknya, dan perlu saya tekankan , Triple Threat adalah film aksi ensemble. Haram hukumnya tutup film semacam ini tanpa mengikutkan semua protagonis di momen puncak.