Jumat, 19 April 2019

Review dan Nonton Film 2019 : THE UPSIDE (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : THE UPSIDE (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : THE UPSIDE (2019)


Apa kamu familiar dengan film Prancis berjudul The Intouchables (2011)? Jika tidak, dua tentang yang butuh untuk didapati mengenai film ini adalah: 1) narasinya di ide dari narasi persahabatan riil pada seorang pebisnis sukses dengan perawat pribadinya yang hadir dari strata sosial dan ras berbeda, dan 2) The Intouchables termasuk juga film yang fenomenal. Bukan hanya sukses besar di kampung halaman, tetapi turut menyebar ke sejumlah negara yang lain waktu lalu menempatkannya jadi salah satu film Prancis banyak sekali dipirsa saat hidup. 

Pencapaiannya di tangga box office – plus, film ini pula berjaya pun di ajang penghargaan termasuk mengganjar Omar Sy dengan piala Best Actor di Cesar Award (Oscar-nya sinema Prancis) – membuat The Intouchables dilirik jejeran produser yang meminta hak pembuatan.

Tidak hanya India yang sesegera memiliki dua versus dan Argentina yang telah melaunching interpretasinya pada tahun 2016 waktu lalu, Hollywood pun malas ketinggalan. 


Telah direncanakan dari sejak tahun 2012, sayangnya ada banyak ganjalan yang ikuti perjalanan remake ini dari pergantian konfigurasi kru dan pemain sampai skandal pelecehan seksual oleh Harvey Weinstein (pemilik The Weinstein Company, pemegang hak remake) yang menyebabkan film bertajuk The Upside sempat terombang-ambing nasibnya. Usai diakuisisi oleh STX Films, film yang letakkan Kevin Hart dan Bryan Cranston di garda sangat depan pemain ini pula selanjutnya memperoleh kepastian rilis pada awal 2019. 

Mengingat The Upside tidak lebih dari bentuk interpretasi Hollywood untuk The Intouchables, tentu saja tidak ada perombakan berkaitan dalam hal penceritaan. Di sini, beberapa ciri utamanya tetaplah seorang pebisnis kaya raya yang alami kelumpuhan hampir di sekujur tubuh bernama Phillip Lacasse (Bryan Cranston) dan seorang sisa terpidana yang coba bertaubat bernama Dell Scott (Kevin Hart). Ke-2 beberapa ciri yang memiliki dunia, ciri-ciri, serta fisik berbeda ini berjumpa dengan tidak sengaja waktu Phillip bersama dengan sekretaris pribadinya, Yvonne (Nicole Kidman), tengah wawancarai beberapa calon yang melamar jadi perawat purnawaktu Phillip. 


Dell yang ikuti wawancara ini hanya untuk memperoleh tanda-tangan yang menjelaskan bila dia mencari pekerjaan, rupa-rupanya menarik perhatian Phillip yang melihat calon yang lain begitu serius. Dibanding hanya memberinya tanda-tangan, Phillip justru menawarkan pekerjaan buat Dell. 

Walaupun permulaannya ogah-ogahan, Dell selanjutnya menyetujui penawaran ini lebih gaji yang diterimanya lebih dari cukup untuk menebus kesalahannya pada sisa istri dan putra tunggalnya. Berkenaan Dell tidak pernah memperoleh pelatihan apapun terkait mengawasi seseorang, hari-hari pertama lakukan pekerjaan life auxiliary terasa berat buat Dell, Phillip, atau Yvonne yang berusaha keras untuk keluarkan Dell. 

Tapi seiring berjalannya waktu dimana sisi sensitif dari Dell turut mengemuka, Phillip dengan perlahan tapi pasti bisa terima kehadiran Dell dan bahkan, dia dapatkan kembali semangat hidup yang pada awalnya telah meredup saat dia memahami bila masih ada seseorang yang memandangnya jadi manusia normal. 

Bila kamu telah lihat The Intouchables – ditambahkan demikian menyukainya, seperti saya – jadi tidak ada tentang baru yang bisa didapatkan dari The Upside. Pada dasarnya ini adalah film yang sama baik dari bagian narasi atau pengadeganan, kecuali adanya beberapa penyederhanaan di ruangan permusuhan personal dan terdapatnya beberapa ciri yang melingkungi Phillip. Ya, sekalipun The Upside memiliki kurun waktu yang lebih panjang, film petunjuk Neil Burger (Limitless, Divergent) ini justru mereduksi cukup banyak hal yang membuat materi sumbernya terasa menggigit dan cuma menghadirkannya jadi satu narasi persahabatan yang generik. 

Di sini, pirsawan dikit memperoleh kesempatan untuk lihat jalinan Dell dengan keluarga kecilnya yang kenyataannya bersedia demikian saja terima kembali kehadiran Dell setelah dia membawa segepok uang (kontradiktif dengan pernyataan Phillip: money can’t buy everything), dan Phillip pun tampak demikian kesepian sampai tidak bingung jika lantas dia jadi seorang suicidal. 

Saya tidak mau tetap membandingkannya dengan versus asli, tapi betul-betul, saya rindu dengan kondisi rumah si protagonis yang guyub. Si perawat pribadi bernama Driss yang gayanya cukuplah slengean ini bukan hanya membawa perubahan pada sang atasan tetapi juga sebagian orang di sekitarnya. 


Perasaan hangat yang telah lama menghilang sejak kepergian “nyonya”, menyelimuti rumah ini. Pirsawan dapat memafhumi mengapa Driss bisa di sayangi oleh sebagian orang sangat dekat Philippe dan dapat pun mengerti mengapa dia bisa mengawasi ikatan persahabatan waktu demikian tahun dengan Philippe. Satu yang sayangnya tidak begitu bisa di rasa dalam The Upside yang tidak juga membuat saya benar-benar bisa memahami pesan yang ingin dihantarkan dibalik ikatan persahabatan dua protagonis utamanya. 

Harus diakui, Kevin Hart dan Bryan Cranston bermain bagus di sini. Hart tunjukkan bila dia juga mempunyai range emosi penuhi yang memungkinkannya bermain di type drama, sekejap Cranston di dalam semua kurangnya ruang geraknya (ciri-khasnya hanya bisa menggerakkan tubuh pada bagian kepala) dapat menyalurkan emosi melalui peralihan mimik muka dengan baik. 

Ditambahkan adanya chemistry yang bisa terdeteksi, keduanya adalah koentji buat The Upside yang alami permasalahan di bagian naskah dan penyutradaraan. Tanpa suport perform bagus ke-2 pemain ini – plus Nicole Kidman yang kentara telah berusaha maksimal dalam membawakan beberapa ciri Yvonne yang karakteristiknya ditulis begitu tipis – jadi bisa jadi film akan terasa susah di nikmati. Mereka berdua yang menyebabkan The Upside masih memiliki kandungan hiburan seperti diharapkan oleh beberapa pirsawan yang menebus ticket film ini di bioskop. 

Sekurangnya, mereka menghadirkan beberapa gelak tawa yang dipicu oleh kecanggungan Dell dalam sesuaikan dengan pekerjaan bersama dengan lingkungan barunya yang betul-betul berbeda (seperti bagaimana dia coba memahami karya seni berbentuk lukisan atau opera), lalu pandangan Dell dengan Phillip dan Yvonne yang seringkali berlawanan, sampai jalinan Dell dan Phillip jadi dua teman dekat karib baru. 

Yang begitu menyenangkan diantara semua adalah saat-saat dimana Dell membawa juga Phillip dalam serangkaian penelusuran kecil yang telah lama tidak dia dapatkan. Walaupun kesenangannya tidak tinggi karena beberapa diantaranya cuma pengulangan, kecuali adegan menyedot ganja bersama dengan (!), tapi saya masih bisa terhibur lihat adegan berkejar-kejaran dengan mobil polisi, jalan-jalan malam berekor santap makanan, serta nikmati pertunjukkan opera.