Jumat, 19 April 2019

Review dan Nonton Film 2019 : MELODYLAN (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : MELODYLAN (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : MELODYLAN (2019)


Diambil dari narasi Wattpad berjudul sama waktu lalu buat jadi novel, MeloDylan mungkin mewakili anggapan muda-mudi usia remaja awal mengenai pemahaman “cerita kompleks”. Mengangkat tema “move on” menjadi kegemaran arah pasarnya, kita dipenuhi “lingkaran setan” di mana tokoh-tokohnya suka pada seseorang, yang sayangnya menaruh hati pada pihak yang lain. A suka pada B, B suka pada C, C suka pada D, D suka pada A. 

Seperti judulnya telah beri, dua tokoh utamanya adalah Melody (Aisyah Aqilah) dan Dylan (Devano Danendra). Jadi siswi baru, Melody sudah menyulut kehebohan sesudah berita ia diantar pulang Dylan dijumpai seisi sekolah. 

Dylan memang profil idola wanita. Tapi si cowok populer sendiri hanya senang pada Bella (Zoe Abbas Jackson), rekanan waktu kecilnya yang sakit-sakitan. Di sisi lain, Bella sudah lama menyimpan perasaan pada Fathur (Angga Aldi Yunanda), yang rupanya suka pada Melody. 


Sesudah itu paparan mengenai usaha beberapa tokoh menantang kondisi di mana cinta bertepuk samping tangan, berusaha ambil langkah ke luar dari sakit hati itu, yang dipresentasikan melalui jalinan jalan episodik. 

MeloDylan tampil seperti grup bab-bab novel, yang satu dan yang lainnya hampir tanpa jembatan penghubung. Menyebabkan, narasi berjalan kasar, penuh keterburu-buruann dalam menyiapkan proses yang dilalui ciri-khasnya. 

Walaupun sebetulnya move on butuh proses. Ditambahkan jika membahas Dylan, yang telah sejak dahulu suka pada Bella. Bagaimana mungkin semudah itu Dylan mengaku di muka Bella, bila ia mulai senang pada Melody? Apa pun yang membuat terpikat pada sang siswi baru? Baik Dylan atau Melody tidak memiliki kualitas menonjol (bukan sekedar muka rupawan) supaya pirsawan sangat tidak bisa yakini ketertarikan di antara mereka. 


Aisyah Aqilah melalui model manja ditambah sisi keras kepala mempunyai potensi sama Shandy Aulia di Eiffel...I’m In Love. Penampilan menghibur yang tidak bisa ditandingi lawan mainnya, Devano Danendra, yang tanpa kharisma, tampak tersiksa mainkan pemuda cuek idola remaja. Pada akhirnya, hubungan Melody-Dylan jauh dari menarik. Saya lebih tertarik lihat kekonyolan pasangan Anna (Yasmin Napper) dan little prince-nya, Angga (Indra Jegel). 

Ya, MeloDylan cukup terselamatkan sebab sentuhan humornya. Dilandasi naskah buatan Endik Koeswoyo (Me & You vs The World, Erau Kota Raja), sutradara Fajar Nugros menularkan model “gojek receh” yang paling akhir makin ia patenkan waktu kesuksesan dua film Yowis Ben. 

Membawa dua pelakon andalannya, Arief Didu dan Erick Estrada (yang kembali mainkan tokoh bernama Mukidi), banyolan-banyolan “murah” yang sering menyatukan kebodohan dan absurditas bisa melahirkan kesegaran yang jarang dijumpai dalam film setipe. 

Seolah Fajar tahu, bila ditangani seperti romansa putih abu-abu biasanya, MeloDylan akan minim dinamika. Bisa dibuktikan, demikian menyentuh paruh akhir saat komedi mulai dikesampingkan, filmnya pun tampil menjemukan.menyebalkan. 

Rentetan permusuhan dramatik dengan urgensi yang sebetulnya tinggi tapi terkesan dipaksakan untuk menyulut pertikaian mulai isi. Apa susahnya buat Dylan berpamitan pada Melody (bahkan bila perlu ajak kekasihnya itu) untuk membesuk Bella yang kondisinya anjlok? Momen penutupnya miliki kekuatan menghadirkan romantika manis, contoh saja kita dibawa makin banyak memakan waktu berkualitas dengan dua protagonisnya.