Jumat, 19 April 2019

Review dan Nonton Film 2019 : HOTEL MUMBAI (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : HOTEL MUMBAI (2019)

Review dan Nonton Film 2019 : HOTEL MUMBAI (2019)


Buat masyarakat India, empat hari di penghujung bulan November pada tahun 2008 akan dikenang jadi hari-hari terkelam dalam kisah bangsa. Bagaimana tidak, kota Mumbai yang didapati jadi sentra usaha mendadak diserang dengan membabi buta oleh beberapa kumpulan pria bersenjata. Seputar 174 jiwa melayang sia-sia, sekejap lebih dari 300 penyintas alami luka-luka. 

Serangan dilancarkan ke delapan titik di sejumlah sudut kota, termasuk hotel bintang lima bernama The Taj Mahal Palace Hotel yang seringkali jadi singgahan sebagian orang penting dari seluruh dunia. Lihat statusnya jadi hotel penting, tidak bingung jika lantas tempat ini memberikan banyaknya korban cukup besar. Ada banyak ratus manusia yang buat jadi sandera waktu tiga hari waktu lalu menggerakkan media-media asing untuk meliput peristiwa penyanderaan itu. 


Mereka kerjakan reportase juga sekaligus melemparkan menanyakan berbunyi “siapa dalang dibalik peristiwa ini?”, “apa motivasi yang melandasinya?”, “bagaimana situasi di hotel?”, dan “akankah pasukan istimewa dari New Delhi bisa ada cocok waktu untuk selamatkan beberapa sandera?.” Empat buah menanyakan yang butuh diakui terdengar seksi nan menggelitik untuk buat jadi jadi bahan penting buat lahirnya satu film panjang. Dan tentu saja, kesempatan ini tidak disia-siakan demikian saja oleh sineas dari India waktu lalu membuahkan The Attacks of 26/11 (2013), lalu disusul oleh sineas asal Prancis lewat Taj Mahal (2015, sempat tampil pun di Indonesia), dan paling baru adalah kerja sama dari tiga negara; Australia, India, serta Amerika Serikat berbentuk Hotel Mumbai. 


Seperti dalam Taj Mahal, Hotel Mumbai pun tempatkan fokusnya dengan detail pada peristiwa penyerangan dan penyanderaan di The Taj Mahal Palace Hotel. Oleh sutradara pendatang baru Anthony Maras, pirsawan bukan hanya diijinkan “melihat langsung” peristiwa ini melalui kacamata satu dua beberapa ciri saja tapi terdapat beberapa pemikiran yang diserahkan termasuk beberapa teroris. 

Beberapa tanda yang mempunyai tanggung jawab menggerakkan narasi salah satunya seorang pelayan bernama Arjun (Dev Patel) yang tengah menantikan lahirnya anak ke-2, kepala koki bernama Hemant Oberoi (Anupam Kher) yang tetap mengingatkan anak buahnya untuk memerlakukan tamu seharusnya dewa, seorang pewaris kerajaan usaha berdarah Iran-Inggris bernama Zahra (Nazanin Boniadi) yang ada dengan suami (Armie Hammer) bersama dengan pengasuh bayinya (Tilda Cobham-Hervey), sisa anggota pasukan istimewa asal Rusia bernama Vasili (Jason Isaacs), dan empat orang teroris yang salah satunya bernama Imran (Amandeep Singh). 

Setelah beberapa teroris menjejakkan kaki di The Taj Mahal Palace Hotel dengan menyamar jadi penyintas dari grup masyarakat sipil, kekacauan pun sesegera menempa seisi hotel. 

Dengan diawali melesakkan peluru ke sejumlah tamu dan staf di lobi, keempat teroris dengan perlahan tapi pasti mulai menelusuri ke masing-masing kamar untuk mengakhiri beberapa tamu. Memahami bila nyawa beberapa tamu berada di ujung sundul dan pertolongan tidak kunjung ada, Hemant Oberoi bersama dengan beberapa staf hotel yang masih tetap ada pula berinisiatif untuk bertindak penyelamatan walaupun nyawa sendiri jadi taruhannya 

Dari sejak menit-menit pembuka, Hotel Mumbai telah menerapkan laju penceritaan yang bergegas. Pirsawan diperkenalkan secara cepat dengan karakter-karakter protagonis yang memiliki manfaat besar seperti Arjun, Hemant, Zahra bersama dengan keluarga kecilnya, dan Vasili, lalu beralih ke sejumlah teroris yang membuat huru-hara di seputaran Mumbai. 

Kita memang hanya tahu tentang mereka sekelumit saja, tapi bekal itu cukuplah sudah untuk bikin afeksi dengan karakter-karakter inti karena kita ketahui bila mereka adalah manusia-manusia baik yang tidak semestinya ada pada tempat itu. 

Arjun cuma wong cilik yang tengah berupaya untuk menafkahi keluarganya, Hemant ialah staf hotel yang berdedikasi penuh pada pekerjaannya, Zahra adalah istri juga sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, dan Vasili, well… dia cukuplah kompleks. Memakan waktu cukup panjang untuk tahu apa yang membuat perangainya. 

Di dukung oleh perform menarik dari jejeran pemain – kredit istimewa patut disematkan untuk Dev Patel, Anupam Kher, Nazanin Boniadi, Tilda Cobham-Hervey, serta Amandeep Singh – kemungkinan besar buat pirsawan untuk bersimpati pada beberapa korban dan mengutuk keras tindakan beberapa teroris yang pada satu titik sempat membuat saya terenyuh.  

Ya, saya berkaca-kaca dalam satu adegan menelpon yang buka bukti Imran dalam bertindak sebagai algojo. Tanpa sudah sempat disadari, Imran bersama dengan komplotannya pun sebetulnya adalah korban yang buat jadi pion oleh beberapa pihak mempunyai kebutuhan dengan iming-iming uang dan surga (baca: jihad). 


Sesudah pirsawan tahu satu dua tentang beberapa tanda, si pembuat film waktu itu pun memberi kita dengan menu penting berupa rekonstruksi tragedi kemanusiaan di kota Mumbai. 

Penembakan untuk penembakan disusul oleh ledakan untuk ledakan membuat teror untuk mereka yang ada pada tempat dan waktu yang salah, buat penduduk di tempat yang lihat huru-hara melalui siaran berita di tv sekalian harap-harap cemas pada keselamatan kerabat, serta untuk mereka yang lihat Hotel Mumbai di layar-lebar. 

Anthony Maras berusaha untuk seautentik mungkin dalam mengkreasi peristiwa ini yang berarti adegan kekerasannya ditampilkan dengan cukup eksplisit untuk bikin perasaan tidak nyaman di hati pirsawan. 

Tidak terhitung berapakah kali saya sempat memalingkan pandangan dari monitor (bahkan ada kalanya tutup telinga) sebab berasa terganggu dalam lihat kekejian beberapa teroris waktu mengakhiri korban-korbannya. Rasa-rasanya ingin sekali mengutuk si dalang yang automatis perlihatkan bila si pembuat film telah sukses menunaikan tugasnya untuk menyampaikan pesan anti terorisme. 

Pirsawan dapat tahu bila sejumlah besar korban adalah sebagian orang tidak bersalah yang sebetulnya bukan arah penting, pirsawan bisa lihat sebesar apa dampak yang disebabkan oleh aksi keji tidak bertanggungjawab ini. 

Dalam hubungan dengan Hotel Mumbai jadi produk dari dunia hiburan, pirsawan dapat rasakan berbagai tipe emosi waktu lihat tontonan yang turut memprioritaskan pada aksi heroik staf hotel yang penuh dedikasi ini. Dari mulai berdebar-debar, lalu menahan nafas, sampai akhirnya menangis sesenggukkan di penghujung waktu.